Fuel Tank Safety

Pesawat B747-131 milik Trans Word Airlines dengan nomor penerbangan TWA 800 itu belum lama meninggalkan bandara John F. Kennedy, New York menuju bandara Leonardo da Vinci di Roma, Italia. Pesawat yang terbang pada 17 Juli 1996 malam itu mengangkut 230 orang, termasuk kru pesawat. Tak ada yang aneh dalam penerbangan sampai pesawat mencapai ketinggian 13 ribu feet di atas Samudera Atlantik. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 20.30 waktu setempat, pesawat itu meledak dan jatuh ke Samudera Atlantik. Badan pesawat hancur dan seluruh penumpang termasuk kru tewas seketika. Penyelidik National Transportation Safety Board (NTSB) yang tiba di lokasi kejadian keesokan harinya sempat menduga pesawat diserang teroris. Akibatnya Federal Bureau of Investigation (FBI) dilibatkan dalam penyelidikan kecelakaan.
Tapi, pengumuman pada 18 November1997 memastikan tak ada teroris dalam kasus ini. NTSB pun memegang penuh kendali penyelidikan. Hasilnya baru diumumkan tiga tahun kemudian. Dalam laporan terakhir NTSB pada 23 Agustus 2000 disebutkan kecelakaan itu disebabkan oleh ledakan di center wing fuel tank karena tersulutnya campuran bahan bakar/udara di dalam tangki. Sumber api diduga berasal dari hubungan pendek arus listrik di luar center wing fuel tank.

NTSB menemukan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya ledakan. Pertama, konsep desain tangki fuel seharusnya dipisahkan dari semua sumber penyulut api sehingga potensi kebakaran atau ledakan bisa dicegah jika ada percikan api. Kedua, sumber panas di bawah center wing fuel tank tidak memiliki sarana untuk mengurangi suhu panas yang masuk ke dalam center wing fuel tank. Jika sarana ini ada sesuai dengan sertifikasi Boeing 747, uap bahan bakar di tangki tidak akan mudah terbakar.
Kejadian yang terkait dengan fuel tank juga terjadi pada pesawat B737-800 milik China Airlines pada 20 Agustus 2007. Pesawat ini terbakar dan meledak setelah mendarat dan taxi di area gate bandara Naha, Okinawa, Jepang. Tak ada korban tewas dalam kejadian ini, tapi empat orang mengalami cidera. Kejadian ini bermula ketika ground crew menginformasikan adanya aroma fuel dari engine #2 saat engine dimatikan. Berdasarkan informasi itu sang Kapten kemudian memerintahkan kepada cabin crew dan seluruh penumpang untuk segera evakuasi. Setelah evakuasi selesai, engine #1 dan saluran bahan bakar meledak dan pesawat terbakar. Setelah kejadian tersebut, Taiwan Civil Aeronautics Administration mengkandangkan (grounded) 14 pesawat B737-800 milik China Airlines, Mandarin Airlines dan Republic of China Air Force untuk dilakukan inspeksi pada fuel system pesawat. Japan Civil Aviation Bureau juga meminta seluruh operator B737- 700/800 melakukan inspeksi yang sama. Hasilnya tidak ditemukan kekurangan atau keganjilan pada pesawat. Namun, investigasi oleh Aircraft and Railways Accidents Investigation Commission of Japan menemukan kesimpulan berbeda. Penyebab kebakaran adalah karena adanya bolt dari slat track yang kendor dan melubangi wing fuel tank bagian kanan dengan diameter sebesar 2-3 sentimeter. Lubang ini menyebabkan fuel merembes keluar dari tangki. Dua peristiwa yang dipaparkan di atas menunjukkan adanya perbedaan yang menyebabkan kebakaran dan ledakan. Dalam kasus TWA 800 lebih disebabkan hal intern yakni fuel tank atau fuel system. Hal ini berhubungan dengan proses identifikasi konfigurasi design untuk mencegah timbulnya sumber percikan api pada fuel tank saat pesawat terbang beroperasi.
Sedangkan pada kebakaran pesawat China Airlines lebih disebabkan oleh faktor di luar fuel tank atau fuel system. Dalam hal ini yang sangat penting diperhatikan adalah ketika melaksanakan maintenance pesawat, baik saat melakukan inspeksi meng-install atau memindahkan suatu komponen di sekitar fuel system.

Fokus perhatian mencegah adanya "gangguan" pada fuel system, jangan sampai pekerjaan sekecil apa pun menganggu atau merusak fuel system. Sebagai contoh ketika kita sedang mengencangkan baut-baut yang ada di sekitar saluran bahan bakar, fuel tank atau kabel di sekitarnya. Proses pengencangan baut yang tidak sempurna bisa menyebabkan kabel menjadi terkelupas (chaving). Selain itu tidak menutup kemungkinan saluran bahan bakar rusak yang menyebabkan kebocoran. Yang lebih parah lagi jika pengencangan baut misalnya sampai merusak fuel system. Hal ini tentu tidak boleh terjadi karena bisa berdampak fatal seperti kejadian China Airlines.

Mengingat besarnya dampak yang bisa ditimbulkan dari fuel tank ini, tentu kita harus lebih hati-hati ketika melakukan pekerjaan di sekitar fuel tank. Sebab kekeliruan sekecil apapun bisa menimbulkan bencana yang begitu dahsyat.
(Sumber: Pengetahuan & Informasi Safety  PENITY - PT GMFAA )

No comments: